MANGGARAI DAN MASA DEPAN


Mungkinkah atau tetap status quo ‘tertinggal’?
Spontan kita jawab “memungkinkan’, meskipun barangkali ada yang pesimis juga. Saya dan anda selaku orang Manggarai pasti menyetujui kalau daerah kita ini adalah daerah berpotensi untuk maju dan memiliki kesuburan seperti daerah lainnya (Jawa – Bali). Di Flores, selain Manggarai, Kabupaten Ngada dan Ende juga termasuk, karena wilayah yang berpegunungan dan curah hujan yang cukup.Tetapi mungkin karena ia adalah bagian dari NTT yang terkesan ‘propinsi kering dan tertinggal’, maka Manggarai termasuk kedalam status quo itu.
Tetapi Ben Mboi yang asal Manggarai itu ketika menjadi gubernur NTT pernah membuktikan kepada presiden Soeharto bahwa Manggarai itu subur sehingga berpotensial untuk menjadi daerah maju. Beliau berhasil mendatangkan presiden itu untuk panen raya gabah di persawahan Wae Reca di Borong, dan menengok kondisi potensi pariwisata di Labuan Bajo. Apakah setelah itu kesan ‘potensi maju’ terpatri di benak Soeharto? Tetapi rupanya upaya pembuktian Ben Mboi itu tidak mengubah kesan Soeharto untuk ‘NTT yang tertinggal, karena kesan itu masih didengar oleh Herman Musakabe ( pengganti Ben Mboi) ketika mendapat advice dari presiden itu saat menemuinya setelah pelantikan gubernurnya ( disampaikan HM saat tatap muka dengan perantau NTT di Nusa Dua saat itu). Apakah status quo daerah tertinggal memang sengaja dibiarkan demikian?
Paska Soeharto, muncul peraturan tentang otonomi daerah dimana kabupaten diberi kesempatan dan kans untuk lebih leluasa membangun daerahnya. Selain itu ditambah pula dengan keleluasaan berdemokrasi, dimana UU pemilu memberi hak kepada rakyat untuk dapat memilih langsung pemimpinnya di institusi eksekutif mulai dari Presiden sampai kepala desa ( minus Camat), termasuk hak pilih langsung wakilnya di DPR.
Pertanyaan : dengan adanya perubahan & reformasi paska Soeharto, apakah anda setuju kalau kondisi sekarang ini memungkinkan kita memperoleh Pemimpin Manggarai Masa Depan? Apakah memungkinkan kita ‘mencapai Manggarai masa depan yang maju seperti Jawa & Bali, ataukah tetap berstatus quo daerah tertinggal? Kalau memungkin, butuh berapa tahun? Apakah ada hambatan yang sangat berarti dari segi sosial budaya Manggarai? Atau apakah ‘pemimpin & Manggarai masa depan itu adalah sesuatu yg lama sekali untuk diraih? Ingat, kemajuan Manggarai yg dimaksud minimal (dalam arti terbatas/sempit) sama dengan kondisi fisik daerah maju di Jawa-Bali, al. banyak jalan beraspal yang menghubungan lokasi pasar yang satu dengan yang lain atau antar kota kecamatan atau antar obyek pariwisata. Sarana ini setidaknya sebagai tanda ‘pembongkaran pagar isolasi daerah & masyarakat tertinggal’ sehingga melancarkan arus transaksi jasa dan barang serta hal-hal lainnya. Ataukah pertanyaan2 tsb sudah ketinggalan kereta pada hari ini?
Pertanyaan2 tersebut tentu tidak memunculkan kesimpulan hawi-haol duntak sa’i deru( =benang kusut yg mentok), tetapi hawi-haol ata manga cemol’n (=solusi ) untuk meraih masa depan ‘Manggarai maju’ yang tidak terlalu lama. Ae… ai toe nganceng lako hanang koep one tana lino Manggarai hoo e…ikeng. Am toe manga benar’d curup daku situ. Am sai sili wena mai kole see. Tabe.
Sumber : John Kadis (Tokoh Manggarai)

comment 1 comments:

wasewengke on 10 Juli 2011 pukul 00.42 mengatakan...

Terima kasih kraeng John Kadis,yg telah menulis artikel ini.hemat saya kita sudah menemukan pemipin Manggarai yang membebaskan (Manggarai tengah, dan ini buah dari reormasi paska Soeharto. Buktinya hampir 90% wilayah kecamatan bahkan desa di Manggarai sudah tersentuh jalan aspal artinya isolasi sudah terbuka (bidang sarana jalan). Apresiasi terhadap Bupati Rotok harus idberikan bahkan bisa dijadikan patron untuk pemimpin berikutny. Pak Rotok pada masa jabatan keduanya setiap hari sabtu berkantor di setiap kecamatan dengan road show ke desa-desa, sebagaimana yang dilakukannya pada tanggal 4 juli 2011, beliau melakukan road show ke kecamatan ruteng dan Lelak, dengan mengunjungi desa desa terpencil yang sekian abad terisolasi dan kini sudah dibukan jalan aspal dari kampung-kekampung. Di bidang penerangan khususnya Listrik, Rotok melaksanakan program Listrik masuk desa dengan tenaga surya diamana pengelolanya adalah tetap PLN. Listrik Tenaga surya disiapkan oleh PLN, dikontrol PLN,masyarakat hanya membayar Rp 500.000.-/tahun dengan membuka rekening di Bank Pembangunan daerah NTT di Ruteng. Untuk kab. Manggarai disiapkan 1.457 rumah untuk program ini.Sayangnya informasi jelas seperti ini datangnya dari sang pemimpin di Gendang Ri'i Rahong, bukan dari aparat PLN. Untuk info lengkap nanti silakan akses '"wasengke.blokspot.com.

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© Kraeng Adhy | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger